Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem
kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan
tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap
dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang
relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk
dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam
menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,
keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan
otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk
menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah
maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin
dilakukan.
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam.
Sebagian ahli
merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan
mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan
teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan
sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada
dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan :
pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar
(dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka
tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta
fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi
catatn anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat
mengandalkan teman tersebut danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.
kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.
kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok.
ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan.
kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem
dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan
menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal
yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan
menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami
problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
Seorang
anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami
masalah dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica
dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik.
Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil
dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki
25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun,
berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha
keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya
bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25
dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru
memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah
gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.
Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang
kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator
untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat
diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak
dengan problem dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara
angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar