REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pada pelaksanaan Ujian Nasional dari
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) 2012 ini,
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tidak akan mengeluarkan
soal cadangan. Hal itu dilakukan berdasarkan evaluasi pelaksanaan UN
tahun sebelumnya.
Pasalnya, menurut Kepala Pusat Penerangan Pendidikan (Kapuspendik) Kemendiknas, Hari Setiadi berdasarkan evaluasi tersebut, soal cadangan merupakan sumber kebocoran soal selama ini.
"Tahun ini memang tidak ada soal cadangan khusus. Itu berdasarkan hasil evaluasi tahun lalu. Cadangan itu sumber kebocoran," terangnya saat menjawab pertanyaan seorang guru di Yogyakarta usai deklarasi pelaksanaan 'UN Jujur' di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi DIY, Sabtu (17/3).
Deklarasi 'UN Jujur' diikuti seluruh pelaksana UN di DIY dari SD hingga SMA. Ada 100 siswa yang mewakili semua jenjang pendidikan dan puluhan guru serta dinas pendidikan kabupaten/kota yang mengikuti deklarasi tersebut. Deklarasi 'UN Jujur' disaksikan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Wiendu Nuryanti.
Menurut Hari, agar tidak ada kekurangan soal pada saat UN berlangsung maka validasi data peserta UN dari setiap daerah penting dilakukan. Pasalnya validasi data tersebut akan jadi acuan pada saat pendistribusian soal UN sendiri.
Dua Amplop Setiap Sekolah
Selain itu, kata dia, jumlah peserta UN di setiap kelas ada yang tidak sama. Memang aturannya per kelas ada 20 siswa peserta UN, namun ada yang lebih dan ada yang kurang tergantung banyak sedikitnya siswa di sekolah tersebut. Karenanya secara otomatis kekurangan soal tidak akan terjadi karena sifatnya saling menutupi.
"Ada kelas besar dan kecil. Ada sisanya di situ sehingga bisa diambil disitu jika kurang. Tetapi harus validasi data paling penting. Kalau benar datanya dari daerah itu maka sesuai jumlahnya tidak ada kekurangan soal," tuturnya.
Selain itu kata dia, di percetakan soal UN ada tiga pegawai dinas pendidikan dari setiap provinsi. Pegawai ini bertugas untuk validasi data sebelum soal di kirim ke setiap daerah. "Ini salah satu usaha kita agar tidak ada kekurangan soal," tambahnya.
Abdul Rohim, guru SMAN I Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY mengaku khawatir terhadap kesuksesan pelaksanaan UN tahun ini. Kekhawatiran tersebut menurutnya, bukan dari ketidakjujuran pelaksanaannya tetapi karena tidak ada soal cadangan pada pelaksanaan UN tahun ini.
"Kita khawatir jika ada human error sehingga ada kekurangan soal. Apa tidak ada amplop khusus untuk cadangan agar hal itu tidak terjadi," katanya.
Pasalnya, menurut Kepala Pusat Penerangan Pendidikan (Kapuspendik) Kemendiknas, Hari Setiadi berdasarkan evaluasi tersebut, soal cadangan merupakan sumber kebocoran soal selama ini.
"Tahun ini memang tidak ada soal cadangan khusus. Itu berdasarkan hasil evaluasi tahun lalu. Cadangan itu sumber kebocoran," terangnya saat menjawab pertanyaan seorang guru di Yogyakarta usai deklarasi pelaksanaan 'UN Jujur' di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi DIY, Sabtu (17/3).
Deklarasi 'UN Jujur' diikuti seluruh pelaksana UN di DIY dari SD hingga SMA. Ada 100 siswa yang mewakili semua jenjang pendidikan dan puluhan guru serta dinas pendidikan kabupaten/kota yang mengikuti deklarasi tersebut. Deklarasi 'UN Jujur' disaksikan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Wiendu Nuryanti.
Menurut Hari, agar tidak ada kekurangan soal pada saat UN berlangsung maka validasi data peserta UN dari setiap daerah penting dilakukan. Pasalnya validasi data tersebut akan jadi acuan pada saat pendistribusian soal UN sendiri.
Dua Amplop Setiap Sekolah
Selain itu, kata dia, jumlah peserta UN di setiap kelas ada yang tidak sama. Memang aturannya per kelas ada 20 siswa peserta UN, namun ada yang lebih dan ada yang kurang tergantung banyak sedikitnya siswa di sekolah tersebut. Karenanya secara otomatis kekurangan soal tidak akan terjadi karena sifatnya saling menutupi.
"Ada kelas besar dan kecil. Ada sisanya di situ sehingga bisa diambil disitu jika kurang. Tetapi harus validasi data paling penting. Kalau benar datanya dari daerah itu maka sesuai jumlahnya tidak ada kekurangan soal," tuturnya.
Selain itu kata dia, di percetakan soal UN ada tiga pegawai dinas pendidikan dari setiap provinsi. Pegawai ini bertugas untuk validasi data sebelum soal di kirim ke setiap daerah. "Ini salah satu usaha kita agar tidak ada kekurangan soal," tambahnya.
Abdul Rohim, guru SMAN I Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY mengaku khawatir terhadap kesuksesan pelaksanaan UN tahun ini. Kekhawatiran tersebut menurutnya, bukan dari ketidakjujuran pelaksanaannya tetapi karena tidak ada soal cadangan pada pelaksanaan UN tahun ini.
"Kita khawatir jika ada human error sehingga ada kekurangan soal. Apa tidak ada amplop khusus untuk cadangan agar hal itu tidak terjadi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar